Perjalanan Sang Penjelajah Ibnu Battuta yang Menakjubkan

Qumedia - Di ufuk Maroko yang membentang luas, seorang pemuda bersemangat mempersiapkan diri. Bukan untuk gemerlap kekuasaan atau tumpukan harta, melainkan untuk panggilan yang lebih mulia: menuntut ilmu dan menyaksikan kebesaran ciptaan Allah SWT yang tersebar di muka bumi. Dialah Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Lawati at-Tanji bin Battuta, yang kelak dikenal dunia sebagai Ibnu Battuta, sang penjelajah Muslim terhebat.
Perjalanan Ibnu Battuta bukanlah sekadar catatan geografis, melainkan sebuah epik spiritual. Ia bukan hanya mencatat bentang alam, adat istiadat, dan sistem pemerintahan, tetapi juga merekam denyut nadi kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia pada abad ke-14 Masehi. Perjalanannya, yang memakan waktu hampir tiga puluh tahun, adalah refleksi dari semangat keilmuan dan kerinduan untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik melalui perenungan atas tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Kisah perjalanannya dimulai pada tahun 1325 Masehi, ketika ia meninggalkan tanah kelahirannya, Tangier, dengan tujuan menunaikan ibadah haji. Perjalanan suci ini menjadi titik awal dari petualangan yang membawanya melintasi Afrika Utara, Mesir, Palestina, Suriah, Irak, Persia, Asia Tengah, India, Kepulauan Maladewa, Sri Lanka, Asia Tenggara, hingga akhirnya kembali ke Maroko.
Dalam perjalanannya, Ibnu Battuta tidak hanya mengagumi keindahan arsitektur masjid-masjid megah di Damaskus atau kemegahan istana-istana di Delhi. Ia juga berinteraksi dengan para ulama, hakim, dan sufi, mempelajari berbagai aliran pemikiran dan praktik keagamaan. Ia menyaksikan keragaman umat Islam, dari sultan yang berkuasa hingga petani yang sederhana, semuanya terikat oleh iman kepada Allah SWT dan cinta kepada Rasulullah SAW.
Perjalanan Ibnu Battuta adalah cerminan dari firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ۚ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah akan menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Ankabut [29]: 20)
Ayat ini menyerukan kita untuk menjelajahi bumi, bukan hanya untuk mencari kesenangan atau keuntungan materi, tetapi juga untuk merenungkan kebesaran Allah SWT dalam ciptaan-Nya. Ibnu Battuta memenuhi seruan ini dengan sepenuh hati, menjadikannya sebagai landasan dari setiap langkah perjalanannya.
Perjalanan Ibnu Battuta juga mengajarkan tentang pentingnya menuntut ilmu ( thalabul 'ilmi ). Ia selalu haus akan pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan tentang dunia. Ia belajar dari para ulama terkemuka di setiap kota yang dikunjunginya, mengumpulkan berbagai macam ilmu dan wawasan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
Ibnu Battuta membuktikan bahwa perjalanan jauh bukanlah halangan untuk menuntut ilmu. Sebaliknya, perjalanan itu sendiri dapat menjadi sumber ilmu yang tak ternilai harganya. Ia adalah teladan bagi kita semua untuk terus belajar dan mengembangkan diri, di manapun dan kapanpun.
Kisah perjalanan Ibnu Battuta, yang tertuang dalam kitab Rihlah Ibnu Battuta , menjadi warisan berharga bagi umat Islam dan dunia. Ia adalah seorang penjelajah, sejarawan, antropolog, dan juga seorang muslim yang taat. Ia membuktikan bahwa iman dan ilmu dapat berjalan beriringan, membawa pencerahan dan inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Wallahu A'lam.
Reference:
- Rihlah Ibnu Battuta (Perjalanan Ibnu Battuta)
- Ibnu Battuta: Traveler of the Medieval World