Peran Ulama dalam Melawan Penjajahan Barat

Kisah perjuangan bangsa ini berlumuran tinta emas dan darah para syuhada. Di balik setiap tetesan keringat perlawanan, terukir nama-nama pahlawan yang tak gentar menghadapi tirani penjajah. Namun, seringkali kita lupa bahwa di balik layar keberanian fisik, terdapat kekuatan spiritual dan intelektual yang tak kalah dahsyat, yaitu peran ulama dalam membangkitkan semangat jihad dan mengobarkan api perlawanan terhadap penjajahan Barat. Mereka bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga motor penggerak perubahan yang meletakkan dasar-dasar kemerdekaan.
Ulama, dalam konteks ini, adalah pewaris nabi ( waratsatul anbiya ), yaitu mereka yang memiliki ilmu agama mendalam, pemahaman yang luas tentang realitas sosial, dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran, meskipun pahit. Mereka tidak hanya berkutat dalam urusan ibadah ritual semata, tetapi juga aktif terlibat dalam urusan kemasyarakatan, termasuk membela tanah air dari cengkeraman penjajah. Peran ini didasari oleh prinsip hubbul watan minal iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman), yang menjadi landasan teologis bagi perjuangan kemerdekaan.
Salah satu peran krusial ulama adalah memberikan legitimasi agama ( religious legitimization ) terhadap perlawanan. Penjajah Barat, dengan segala kekuatannya, seringkali mencoba mengelabui masyarakat dengan narasi-narasi yang menyesatkan, mengatasnamakan modernisasi atau peradaban. Ulama tampil sebagai benteng pertahanan, membongkar kebohongan-kebohongan tersebut dan mengingatkan umat akan bahaya penjajahan yang merusak akidah, moral, dan budaya. Mereka mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW untuk membangkitkan semangat jihad dan menolak segala bentuk kerjasama dengan penjajah.
Sebagai contoh, firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 60:
Qumedia - وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Artinya: "Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)."
Ayat ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental dalam menghadapi musuh-musuh Allah, termasuk penjajah. Ulama menafsirkan ayat ini sebagai perintah untuk melakukan segala upaya dalam mempertahankan agama dan tanah air.
Selain itu, ulama juga berperan sebagai mediator antara berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda, menyatukan mereka dalam satu barisan perjuangan. Mereka mampu merangkul berbagai elemen bangsa, dari kalangan santri hingga kaum intelektual, dari petani hingga pedagang, untuk bersama-sama berjuang demi kemerdekaan. Keberhasilan mereka dalam membangun persatuan umat merupakan modal penting dalam menghadapi kekuatan penjajah.
Hadits Nabi Muhammad SAW juga sering dikutip oleh ulama untuk mengobarkan semangat jihad:
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
Artinya: "Barang siapa mati dan tidak pernah berperang dan tidak pernah bercita-cita untuk berperang, maka ia mati dalam salah satu cabang kemunafikan." (HR. Muslim)
Hadits ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk tidak hanya berdiam diri menyaksikan penjajahan, tetapi juga aktif berjuang dengan jiwa dan raga. Ulama menjelaskan bahwa jihad tidak hanya terbatas pada perang fisik, tetapi juga mencakup segala bentuk perjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Peran ulama dalam melawan penjajahan Barat merupakan bukti nyata bahwa agama Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga memberikan pedoman dalam kehidupan sosial dan politik. Mereka adalah garda terdepan dalam membela tanah air dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan. Warisan perjuangan mereka harus terus dilestarikan dan dijadikan inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkontribusi dalam membangun bangsa yang adil, makmur, dan berdaulat.
Reference:
- Sejarah Perjuangan Ulama
- K.H. Saifuddin Zuhri
Wallahu A'lam