Islam di Cina dan Jejak Dakwah di Negeri Tirai Bambu

Qumedia - Sejarah mencatat, semburat peradaban Islam telah menembus benteng kokoh Tiongkok sejak berabad-abad silam. Bukan melalui pedang dan peperangan, melainkan melalui bisikan lembut akhlak mulia, keindahan syair, dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dibawa oleh para pedagang, musafir, dan dai yang berani. Jejak mereka terukir dalam arsitektur megah masjid-masjid kuno, tradisi kuliner yang terakulturasi, hingga nilai-nilai luhur yang masih dijunjung tinggi oleh komunitas Muslim di berbagai pelosok Negeri Tirai Bambu.
Dakwah Islam di Tiongkok bukanlah kisah heroik satu malam, melainkan perjalanan panjang dan berliku. Menurut catatan sejarah, gelombang pertama interaksi terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Tang (618-907 M). Para pedagang Arab dan Persia, yang berlayar melalui Jalur Sutra maritim, membawa serta nilai-nilai Islam dan membangun komunitas di kota-kota pelabuhan seperti Guangzhou dan Quanzhou. Kisah ini selaras dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:
ÙˆَÙ…َا Ø£َرْسَÙ„ْÙ†َاكَ Ø¥ِÙ„َّا رَØْÙ…َØ©ً Ù„ِÙ„ْعَالَÙ…ِينَ
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya: 107)
Ayat ini menggarisbawahi esensi dakwah Islam sebagai rahmat, bukan paksaan, yang menjangkau seluruh umat manusia. Hal ini tercermin dalam pendekatan para dai awal di Tiongkok yang menekankan pada perdagangan jujur, perilaku santun, dan penjelasan logis tentang ajaran Islam.
Seiring waktu, Islam tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan beradaptasi dengan budaya lokal. Masjid-masjid dibangun dengan arsitektur unik yang memadukan elemen Islam dan Tiongkok, menciptakan identitas visual yang khas. Salah satu contohnya adalah Masjid Huaisheng di Guangzhou, yang diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Tiongkok. Masjid ini memiliki menara yang menyerupai pagoda, menunjukkan perpaduan harmonis antara dua budaya.
Peran ulama dan cendekiawan Muslim Tiongkok juga sangat signifikan dalam menyebarkan dakwah. Mereka menulis buku-buku tentang Islam dalam bahasa Mandarin, menerjemahkan teks-teks klasik, dan mendirikan madrasah untuk mendidik generasi muda. Karya-karya mereka membantu memperkenalkan Islam kepada masyarakat Tiongkok secara luas dan mendalam.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh komunitas Muslim di Tiongkok adalah bagaimana menjaga identitas agama mereka di tengah dominasi budaya Han. Namun, mereka berhasil mempertahankan tradisi Islam mereka melalui praktik-praktik keagamaan sehari-hari, perayaan hari raya, dan pendidikan agama.
Rasulullah SAW bersabda:
بَÙ„ِّغُوا عَÙ†ِّÙŠ ÙˆَÙ„َÙˆْ آيَØ©ً
Artinya: "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (HR. Bukhari)
Hadits ini menginspirasi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Tiongkok, untuk terus menyebarkan ajaran Islam, meskipun dalam skala kecil. Setiap generasi Muslim di Tiongkok memiliki tanggung jawab untuk meneruskan warisan iman dan budaya mereka kepada generasi berikutnya.
Kisah Islam di Tiongkok adalah bukti nyata bahwa Islam dapat berinteraksi secara positif dengan budaya lain, menghasilkan peradaban yang kaya dan beragam. Kehadiran Islam di Tiongkok telah memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan intelektual, seni, dan budaya masyarakat Tiongkok secara keseluruhan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan kepada umat Islam di Tiongkok untuk terus menjaga iman dan tradisi mereka.
Wallahu A'lam
Reference:
- Islam in China: Religion, Ethnicity, Culture, and Politics
- Dru Gladney